Kelas : A (Prasekolah)
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Dhammapada Atthakata I
Kompetensi Dasar : 4.3.
Alokasi Waktu : 30 Menit (1 kali pertemuan)
I. Tujuan
Siswa dapat:
1. Menyebutkan Judul cerita yang dipelajari
2. Menjelaskan hubungan Tissa dengan Sang Buddha
3. Menyebutkan usia Tissa saat menjadi bhikkhu
4. Menjelaskan sifat yang menonjol dari bhkkhu Tissa
5. Menyebutkan nama kelahiran Tissa dalam kehidupan yang lampau
6. Menjelaskan makna cerita Tissa Thera
II. Ringkasan Materi
KISAH TISSA THERA
Tissa adalah putera kakak perempuan dari ayah Pangeran Siddharta. Ia menjadi bhikkhu pada usia yang telah lanjut, dan suatu saat tinggal bersama-sama Buddha. Walau baru beberapa tahun menjadi bhikkhu, ia bertingkah laku seperti bhikkhu senior dan senang mendapat penghormatan dan pelayanan dari bhikkhu-bhiikhu lain yang berkunjung kepada Buddha. Sebagai bhikkhu junior ia tidak melakukan kewajibannya sebagaiman mestinya, ditambah lagi ia sering bertengkar dengan bhikkhu-bhikkhu muda lainnya.
Suatu ketika seorang bhikkhu muda menegur kelakuannya. Hal tersebut membuat bhikkhu Tissa sangat kecewa dan sedih, dan kemudian ia melaporkan kepada Buddha. Bhikkhu-bhikkhu lain yang mengetahui permasalahan ini mengikutinya untuk memberikan keterangan yang benar kepada Buddha jika dibutuhkan.Buddha yang telah mengetahui kelakuan bhikkhu Tissa menasihatinya agar ia mau mengubah kelakuannya, dan tidak memiliki pikiran membenci.
Buddha juga mengatakan bahwa bukan pada kehidupan kini saja bhikkhu Tissa mempunyai watak keras kepala, juga pada kehidupan sebelumnya ia pernah terlahir sebagai seorang pertapa yang keras kepala bernama Devala. Karena suatu kesalahpahaman, ia mencela seorang pertapa suci. Meskipun raja ikut campur tangan dengan memintakan ampun kepada pertapa suci itu, pertapa Devala tetap berkeras dan menolak untuk melakukannya. Hanya dengan paksaan dan tekanan dari raja, Devala baru mau meminta ampun kepada pertapa suci itu.
Pada akhir khotbahnya Buddha membabarkan syair 3 dan 4 sbb:
".Ia menghina saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya." Selam orang masih memiliki pikiran-pikiran semacam iru, maka kebencian tidak akan pernah berakhir."'
" Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya. " Jika seseorang tidak lagi menyimapan pikiran-piekiran semacam itu, maka kebencian akan bearkhir."
III. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan
1. Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.
2. Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:
"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.
3. Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar kata Cakkhupala? Apakah pernah melihat orang buta? Dll.
4. Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan bagaimana rasanya menjadi orang buta? Mengapa seseorang bisa buta? Dll.
5. Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.
B. Kegiatan Inti.
1. Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba menjadi pendengar setia.
2. Bentuklah kreasi duduk yang menarik.
3. Mulaialah memasuki topik pembahasan. Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).
4. Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.
5. Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.
6. Ajaklah siswa untuk membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll.
C. Penutup
1. Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan cerita tentang Cakkhupala.
2. Guru menyampaikan pesan dan makna cerita Matthakundali.
3. Umumkan dengan segera kelompok terbaik. Hargailah kreativita anak baik dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.
4. Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.
5. Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:
"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,
6. Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.
IV. Alat dan Sumber Bahan
Alat:
1. Pensil warna jika ingin mewarnai gambar
2. Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong
3. Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.
Sumber Bahan
1. Dhammapada Atthakata
2. Membina GABI yang kreatif
V. Penilaian
Teknik : Tes
Bentuk Instrumen : Tes Lisan (Mengacu pada tujuan belajar)
Contoh Instrumen :
- Berapa usia Tissa ketika menjadi bhikkhu?
- Sifat apakah yang dimiliki Tissa?
- Siapa nama Tissa pada kelahiran yang lampau?
::BCA::
0 Komentar:
Posting Komentar