Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Menceritakan kisah Cula Pantaka

Kelas                               : A (Prasekolah)

Standar Kompetensi     : 6. Mengenal cerita-cerita hasil meditasi

Kompetensi Dasar        : 6.4. Menceritakan kisah Cula Pantaka

Alokasi Waktu             : 30 Menit (1 kali pertemuan)

 

I.       Tujuan

Siswa dapat:

1.      Menyebutkan nama siswa Buddha yang paling bodoh

2.      Menjelaskan cara Buddha mengajar Culapantaka sehingga menjadi pandai

3.      Menjelaskan jenis meditasi yang dilakukan Culapantaka

4.      Menjelaskan hubungan meditasi dengan kecerdasan Culapantaka

 

II.    Uraian Materi 

Kisah Culapanthaka

(Dhammapada Syair 25)

 

Bendahara Kerajaan di Rajagaha mempunyai dua orang cucu laki-laki bernama Mahapanthaka dan Culapanthaka. Mahapanthaka, yang tertua selalu menemani kakeknya mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudia mahapanthaka bergabung menjadi murid Buddha.

 

Culapanthaka mengikuti jejak kakaknya menjadi bhikkhu pula. Tetapi, karena pada kehidupan yang lampau pada masa keberadaan Buddha Kassapa, Culapantaka telah menggoda seorang bhikkhu yang sangat bodoh, maka dia dilahirkan sebagai seorng dungu pada kehidupannya saat ini. Culapanthaka tidak mampu mengingat meskipun hanya satu syair dalam empat bulan. Mahapanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan mengatakan bahwa adiknya tidak berguna.

 

Suatu waktu, Jivaka datang ke vihara mengundang Buddha dan para bhikkhu yang ada, untuk berkunjung makan siang di rumahnya. Mahapantaka, yang diberi tugas untuk memberi tahu para bhikkhu tentang undangan makan siang tersebut, mencoret Culapanthaka dari daftar undangan. Ketika Culapanthaka mengetahui hal itu, dia merasa sangat kecewa dan memutuskan untuk kembali hidup sebagai seorang perumah tangga.

 

Keadaan tersebut diketahui oleh Buddha, kemudian Buddha membawanya dan menyuruhnya duduk di depan Gandhakuti. Kemudian beliau memberikan selembar kain bersih kepada Culapanthaka dan menyuruhnya untukduduk menghadap ke timur dan menggosok-gosok kain itu. Pada waktu bersamaan dia harus mengulang kata "Rajoharanam", yang artinya "kotor". Buddha kemudian pergi ke tempat kediaman Jivaka, menemani para bhikkhu.

 

Culapanthaka mulai menggosok-gosok selembar kain tersebut sambil mengucapkan "Rajoharanam" berulang kali. Berulang kali kain itu digosok dan berulang kali pula kata-kata "Rajoharanam" meluncur dari mulutnya. Begituah terus berulang-ulang.

 

Karena terus menerus digosok, kain tersebut menjadi kotor. Melihat perubahan yang terjadi pada kain tersebut, Culapanthaka tercenung, Ia segera menyadari ketidak-kekalan segala sesuatu yang berkondisi.

 

Dari rumah Jivaka, Buddha dengan kekuatan supranaturalnya (ajaib) mengetahui kemajuan Culapanthaka. Beliau dengan kekuatan ajaibnya menemui Culapanthaka, sehingga seolah-olah Beliau tampak duduk di depa Culapanthaka, dan berkata:

 

"Tidak hanya selembar kain yang dikotori oleh debu; dalam diri seseorang ada debu hawa nafsu (raga), debu keinginan jahat (dosa), dan debu ketidaktahuan (moha), seperti ketidaktahuan akan empat kebenaran mulia. Hanya dengan menghapuskan hal-hal tersebut seseorang dapat mencapai tujuannya dan mencapai arahat."

 

Culapanthaka mendengarkan pesan tersebut dan meneruskan bermeditasi. Dalam waktu yang singkat, batinnya terbuka dan ia mencapai tingkat kesucian arahat, bersamaan itu pula ia juga memiliki "Pandangan Terang', maka Culapantaka sejak itu tidak lagi menjadi orang bodoh.

 

Di rumah Jivaka, para umat akan menuang air sebagai tanda telah melakukan perbuatan dana; tetapi Buddha menutup mangkuknya dengan tangan dan berkata bahwa masih ada bhikkhu yang ada di vihara. Semuanya mengatakan bahwa tidak ada bhikkhu yang tertinggal. Buddha menjawab bahwa masih ada satu orang bhikkhu yang tertinggal dan memerintahkan untuk menjemput Culapanthaka di vihara.

 

Ketika pembawa pesan dari rumah Jivaka tiba di vihara, dia menemukan tidak hanya satu orang, tetapi ada seribu orang bhikkhu yang serupa. Mereka semua diciptakan oleh Culapanthaka, yang sekarang telah memiliki kekuatan ajaib. Utusan tersebut kagum dan dia pulang kembali dan melaporkan hal tersebut kepada Jivaka.

 

Utusan itu kembali diutus ke vihara untuk kedua kalinya dan diperintahkan utuk mengatakan bahwa Buddha mengundang bhikkhu yang ebrnama Culapanthaka. Tetapi ketika ia menyampaikan pesan tersebut, seribu suara menjawab, "Saya adalah Culapanthaka." dengan bingung dia kembali ke rumah Jivaka utuk  kedua kalinya.

 

Untuk ketiga kalinya dia disuruh kembali ke vihara. Kali ini, dia diperintahkan untuk menarik bhikkhu yang dilihatnya pertama kali mengatakan bahwa ia adalah Culapanthaka. Dengan cepat dia memegangnya dan semua bhikkhu lain menghilang, dan Culapanthaka menemani utusan tersebut ke rumah Jivaka.

 

Setelah makan siang, seperti yang diperintahkan oleh Buddha, Cualapanthaka menyampaikan khotbah Dhamma, khotbah tentang keyakinan dan keberanian, mengaum bagaikan raungan seekor singa muda. Ketika masalah Culapanthaka dibicarakan di antara para bhikkhu, Buddha berkata bahwa seseorang yang rajin dan tetap pada perjuangannya akan mencapai tingkat kesucian arahat.

 

Kemudian Buddha membabarkan syair 25 sebagai berikut:

"Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian dir, hendaknlah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tidak dapat ditenggelamkan olah banjir."

 

III. Langkah-langkah Pembelajaran

 

A.     Pendahuluan

 

1.      Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, kreasi tepuk tangan, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.

2.      Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:

"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.

3.      Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar cerita siswa Buddha yang sangat bodoh tetapi kemudian ia menjadi sangat pandai?.

4.      Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan bagaimana rasanya menjadi anak yang bodoh? Mengapa seseorang dapat menajdi bodoh? Mengapa kita tidak boleh menghina orang yang bodoh? Dll.

5.      Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.

 

 

B.     Kegiatan Inti.

 

1.      Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba menjadi pendengar setia.

2.      Bentuklah kreasi duduk yang menarik.

3.      Mulailah memasuki topik pembahasan. Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).

4.      Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.

5.      Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.

6.      Ajaklah siswa untuk  membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll. (Pilih salah satu).

 

C.     Penutup

 

1.      Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan cerita tentang Culapanthaka.

2.      Guru menyampaikan pesan dan makna cerita Culapanthaka.

3.      Umumkan dengan segera kelompok terbaik.  Hargailah kreativita anak baik  dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.

4.      Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.

5.      Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:

"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,

6.      Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.

 

IV.  Alat dan Sumber Bahan

Alat:

1.      Gambar Buddha dan Culapanthaka

2.      Pensil warna jika ingin mewarnai gambar

3.      Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong

4.      Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.

 

Sumber Bahan

  1. Dhammapada Atthakata
  2. Riwayat Hidup Buddha Gotama
  3. Sang Buddha dan Ajaran-ajaranNya jilid I
  4. Membina GABI yang kreatif

 

V.     Penilaian

Teknik                       : Tes

Bentuk Instrumen    : 1. Tes Lisan (Mengacu pada tujuan belajar)

                                      2. Tes Unjuk Kerja

 

Contoh Instrumen Tes Lisan       :

  1. Siapakah nama saudara laki-laki Culapanthaka?
  2. Apak yang suka dilakukan kaka culapantaka bersama kakeknya?
  3. Mengapa Culapantaka  pada kelahiran sekarang menjadi orang yang sangat bodoh?
  4. Mengapa Culapantaka berniat untuk menjadi umat biasa lagi?
  5. Apa yang dilakukan Buddha setelah mengetahui Culapanthaka ingin menjadi umat biasa?
  6. Siapa yang mengundang Buddha untuk mekan di rumahnya?
  7. Mengapa Culapantaka menjadi pandai?
  8. Apa objek meditasi yang digunakan Culapantaka?
  9. dll


::BCA::

0 Komentar:

Posting Komentar

dasaparamita © 2008 Modification by: Yanto Susilo. Kirimkan pertanyaan dan informasi anda ke : dasaparamita@yahoo.com