Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Menceritakan kisah Cakkhupala Thera (Syair 1)

Kelas                           : A (Prasekolah)

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan Dhammapada Atthakata I

Kompetensi Dasar     : 4.1. Menceritakan kisah Cakkhupala Thera (Syair 1)

Alokasi Waktu            : 30 Menit (1 kali pertemuan)

 

I.       Tujuan

Siswa dapat:

  1. Menunjukkan tempat yang dikunjungi Cakkhupala Thera
  2. Menyebutkan nama binatang yang diinjak Cakkhupala
  3. Menyebutkan nama  orang yang melaporkan peristiwa Cakkhupala menginjak serangga.
  4. Menjelaskan sebab-sebab Cakkhupala menginjak serangga
  5. Menjelaskan sebab sebab Cakkhupala buta.
  6. Menjelaskan makna cerita Cakkhupala Thera

 

II.    Ringkasan Materi

 

Kisah Cakhupala Thera (Syair 1)

 

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, Cakkhupala tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan Cakkhupala bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat Bhikkhu Cakkhupala menginap mereka melihat banyak  serangga yang mati.

 

"Iiih, mengapa banyak serangga yang mati di sini?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan .....", seletuk yang lain. "jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan Bhikkhu Cakkhupala! Jawabnya. "Kok bisa begitu?' tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum Bhikkhu cakhupala berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin beliau terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkel maka ia membunuhnya."

 

"Itu berarti ia melanggar peraturan, maka perlu kita laporkan kepada Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar peraturan", timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.

 

Atas kejadian tersebut, dari rencana semula para bhikkhu akan mengunjungi bhikkhu Cakkhupala, justru mereka berubah haluan. Mereka berbondong-bondong menghadap kepada Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa "Cakkhupala Thera telah melanggar peraturan!"

 

Mendengar laporan para bhikkhu, Buddha bertanya, "Para bhikkhu, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?" "Tidak bhante", jawab mereka serempak. Buddha kemudian melanjutkan, "Kalian tidak melihat kejadian itu, demikian juga bhikkhu Cakkhupala tidak dapat melihat serangga-serangga itu, karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala juga telah mencapai kesucian Arahat. Ia telah tidak lagi mempunyai kehendak untuk membunuh."

 

"Bagaimana seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?" tanya beberapa bhikkhu.

 

Maka kemudian Buddha menceritakan kisah berikut ini:

 

Pada kehidupan lampau, Cakkhupala pernah terlahir sebagai seorang tabib yang handal. Suatu ketika datang seorang wanita miskin. "Tuan, tolong sembuhkanlah penyakit mata saya ini. Karena miskin, saya tak bisa membayar pertolongan tuan dengan uang. Tetapi, apabila sembuh, saya berjanji dengan anak-anak saya akan menjadi pembantu tuan", pinta wanita itu. Permintaan itu disanggupi oleh tabib tersebut.

 

Beberapa hari kemudian, perlahan-lahan penyakit mata yang parah itu mulai sembuh. Sebaliknya, wanita itu menjadi ketakutan, apabila penyakit matanya sembuh, ia dan anak-anaknya akan terikat menjadi pembantu tabib itu. Dengan marah-marah ia berbohong kepada tabib, bahwa sakit matanya bukannya sembuh, malahan bertambah parah.

 

Setelah diperiksa dengan cermat,  sang tabib tahu bahwa wanita miskin itu telah berbohong kepadanya. Tabib itu menjadi tersinggung dan marah, tetapi tidak diperlihatkan kepada wanita itu. "Oh, kalau begitu akan kuganti obatmu", demikian jawabnya. "Nantikan pembalasanku!" serunya dalam hati. Benar, akhirnya wanita itu menjadi buta total karena pembalan sang tabib.

 

Sebagai akibat dari perbuatan jahatnya, tabib itu telah kehilangan penglihatannya pada banyak kehidupan selanjutnya.

 

Mengakhiri ceritanya, Buddha kemudian membabarkan syair di bawah ini:

 

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

 

 

 

III. Langkah-langkah Pembelajaran

 

A.     Pendahuluan

1.      Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.

2.      Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:

"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk hidup berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.

3.      Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar kata Cakkhupala? Apakah pernah melihat orang buta? Dll.

4.      Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan bagaimana rasanya menjadi orang buta? Mengapa seseorang bisa buta? Dll.

5.      Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.

 

B.     Kegiatan Inti.

1.      Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba menjadi pendengar setia.

2.      Bentuklah kreasi duduk yang menarik.

3.      Mulaialah memasuki topik pembahasan. Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).

4.      Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.

5.       Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.

6.      Ajaklah siswa untuk  membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll.

 

C.     Penutup

1.      Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan cerita tentang Cakkhupala.

2.      Guru menyampaikan pesan dan makna cerita Cakkhupala..

3.      Umumkan dengan segera kelompok terbaik.  Hargailah kreativita anak baik  dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.

4.      Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.

5.      Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:

"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, keberuntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,

6.      Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.

 

IV.  Alat dan Sumber Bahan

A.     Alat:

1.      Gambar orang buta

2.      Pensil warna jika ingin mewarnai gambar

3.      Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong

4.      Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.

 

B.     Sumber Bahan

1.      Dhammapada Atthakata

2.      Membina GABI yang kreatif

 

V.     Penilaian

Teknik        : Tes

Bentuk Instrumen    : Tes Lisan (Mengacu pada tujuan belajar)

Contoh Instrumen   :

  1. Kemanakah bhikkhu Cakkhupala pergi?
  2. Binatang apakah yang diinjak bhikkhu Cakkhupala?
  3. Siapakah yang melaporkan Cakkhupala kepada Buddha?
  4. Mengapa bhikkhu Cakkhupala menginjak-injak serangga?
  5. Mengapa bhikkhu Cakkhupala buta?
  6. dll

 

Contoh Tes Unjuk Kerja:

  1. Warnailah gambar yang tersedia!
  2. Sempurnakanlah gambar berikut ini!
  3. Dll.


::BCA::

1 Komentar:

Ko or sekolah minggu SunSkul surabaya mengatakan...

wah ternyata baru kali ini saya dapatin websetenya ini keren,
sangan membantu,

Posting Komentar

dasaparamita © 2008 Modification by: Yanto Susilo. Kirimkan pertanyaan dan informasi anda ke : dasaparamita@yahoo.com