Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Menceritakan kisah Buddha mengalahkan Mara penggoda

Kelas                             : A (Prasekolah)

Standar Kompetensi   : 6. Mengenal cerita-cerita hasil meditasi

Kompetensi Dasar       : 6.1. Menceritakan kisah Buddha mengalahkan Mara penggoda

Alokasi Waktu             : 30 Menit (1 kali pertemuan)

 

 

I.       Tujuan

Siswa dapat:

1.      Menunjukkan tempat pertapa Sidharta bermeditasi mengalahkan Mara

2.      Menyebutkan jenis-jenis mara yang menggoda pertapa Sidharta sewaktu meditasi

3.      Menjelaskan manfaat meditasi yang dilakukan pertapa Sidharta

 

II.    Ringkasan Materi

 

Godaan Mara Yang Jahat

 

Penyiksaan diri yang dilakukan pertapa Siddharta yang menyakitkan dan berkepanjangan ternyata sia-sia belaka. Penyiksaan diri tersebut ternyata hanya menyebabkan merosotnya kekuatan yang sangat berharga. Walaupun secara fisik Beliau adalah seorang yang "superman", tetapi jika tubuh disiksa dan tidak dipelihara dengan baik maka akhirnya sia-sia tak berguna. KeagunganNya pudar sama sekali, sehingga hampir tidak dapat dikenali lagi. Kulitnya yang berwarna keemasan berubah menjadi pucat, syaraf dan otot-ototnya mengkerut, mataNya menjadi cekung dan kabur, sehingga nampak seperti tengkorak hidup. Beliau hampir di ambang kematian.

 

Dalam keadaan yang kritis ini, sementara Beliau masih bermaksud untuk berda dalam Keadaan Yang Tertinggi (Padhana), tinggal di tepi sungai Neranjara, berusaha dan merenungkan agar mencapai keadaan Perlindungan Sempurna, datanglah Namuci (nama lain dari Mara) mengucapkan kata-kata sebagai berikut:

 

"Kamu kurus dan cacat. Dekat denganmu adalah kematian."

 

 "Ratusan bagian (yang kamu punya) mati; yang hidup (tetap ada) hanya satu. Hiduplah, O Tuan yang baik! Kehidupan adalah lebih baik. Dengan hidup, kamu dapat melakukan kebaikan."

 

"Dengan menempuh hidup membujang dan membuat api korban, maka banyak kebaikan dapat dicapai. Apa yang akan kamu capai dengan usaha ini? Kesukaran adalah jalan dalam kehidupan, sulit dan tidak mudah dikerjakan."

 

Mara mengucapkan itu sambil berdiri di hadapan Yang Mulia.

 

Kepada Mara yang berbicara demikian, yang Mulia menjawab: "O yang jahat, kerabat manusia yang tidak berhati-hati! Kamu telah datang kemari untuk kepentingan dirimu sendiri."

 

"Bahkan suatu kebaikan yang sekecil-kecilnya tidak berfaedah. Kelihatannya, orang yang memerlukan kebaikan itu seharusnya kamu, Mara."

 

"Keyakinan (Saddha), pengendalian diri (Tapo), Semangat (Viriya), dan Kebijaksanaan (Panna) adalah milikku. Saya telah berbulat tekad, mengapa kamu bertanya tentang kehidupan?"

 

Bahkan aliran sungai yang  berkelok-kelok pun akan menjadi kering. Mengapa darahKu tidak akan mengering karena usaha bgitu?" Bila darah mengering, empedu dan lendir juga mengering. Bila jasmaniKu merana, pikiranku makin lama makin menjadi jernih. Kesadaran kebijaksanaan dan konsentrasiKu makin menjadi teguh."

 

Sementara saya hidup demikian, mengalami sakit yang sangat hebat, pikiranKu tidak mengandung nafsu. Itulah kesucian seorang makhluk." "Nafsu keinginan (Kama), adalah bala tentaramu yang pertama. Kedua disebut keengganan untuk hidup (Arati). Ketiga adalah Kelaparan dan kehausan (Khuppipasa). Kempat disebut Keinginan (Tanha). Kelima adalah kemalasan dan kelambanan (Thina-Mida). Keenam disebut Ketakutan (Bhiru). Ketujuh adalah keragu-raguan (Vicikiccha), dan kedelapan adalah Celaan dan keras kepala (Makkha Tambha). Kesembilan adalah keuntungan (Labha), Pujian (Siloka) dan Kehormatan (Sakkara), dan Nama Buruk (Yasa). Kesepuluh adalah memuji diri sendiri dan mencela orang lain (Attukkamasanaparavambhana)."

 

Inilah, Namuci, bala tentaramu, serombongan besar penjahat yang melawan. Orang yang pengecut tidak mempu mengatasi tentara itu, tetapi Saya dapat mengatasinya, mendapatkan kebahagiaan."

 

"Munja inilah yang saya perlihatkan. Apakah gunanya hidup di dunia ini! Bagi saya lebih baik mati dalam perjuangan dari pada hidup sebagai orang kalah! "Ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak terjerumus dalam perjuangan ini, mereka tahu mengapa mereka menempuh jalan kesucian."

 

Pada saat itu muncullah Mara, dewa hawa nafsu yang bermaksud menghalang-halangi  pertapa Gotama memperoleh Penerangan Agung, disertai bala tentaranya yang maha besar. Balatentara itu kedepan, kekanan dan kekiri lebarnya 12 league dan kebelakang sampai ke ujung cakrawala, sedangkan tingginya 9 league. Mara sang pemimpin membawa berbagai macam senjata dan duduk di atas gajah Girimekkhala yang tingginya 150 league. Melihat balatentara yang demikian besar datang semua dewa yang sedang berkumpul di sekeliling pertapa Gotama, seperti Maha Brahma, Sakka, Rajanaga Mahakala dan lain-lain cepat-cepat meningkir dari tempat itu dan pertapa Gotama dibiarkan sendirian dengan hanya berlindung pada Sepuluh Paramita yang sejak lama dilatihnya.

 

Semua usaha Mara untuk menakut-nakuti pertapa Gotama seperti Hujan besar disertai angin kencang dan halilintar yang berbunyi tak henti-hentinya diikuti dengan penampakan-penampakan lain yang mengerikan gagal semua. Kemudian Mara menyambit pertapa Gotama dengan Cakkavuda (panah sakti) tetapi setelah dekat ia berubah menjadi payung yang dengan tenang bergantung dan melindungi kepala pertapa Gotama.

 

Akhirnya, bumi menjadi saksi bahwa pertapa Gotama telah lulus dari semua godaan dan layak untuk menjadi Buddha. Kemudian Gajah Girimekhala berlutut di hadapan pertapa Gotama dan Mara menghilang dan lari bersama-sama dengan balatentaranya. Para dewa yang menyingkir sewaktu Mara tiba datang kembali dan semua bersuka cita dengan keberhasilan pertapa Gotama.

 

III. Langkah-langkah Pembelajaran

 

A.     Pendahuluan

 

1.      Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, kreasi tepuk tangan, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.

2.      Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:

"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.

3.      Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar cerita Buddha mengalhakan Mara?.

4.      Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan bagaimana kehebatan Buddha mengalahkan Mara si Setan Jahat? Mengapa seseorang harus mengalahkan Mara si Setan Jahat? Dll.

5.      Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.

 

 

B.     Kegiatan Inti.

 

1.      Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba menjadi pendengar setia.

2.      Bentuklah kreasi duduk yang menarik.

3.      Mulailah memasuki topik pembahasan. Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).

4.      Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.

5.      Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.

6.      Ajaklah siswa untuk  membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll. (Pilih salah satu).

 

C.     Penutup

 

1.      Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan cerita tentang Kehebatan Buddha mengalahkan Mara Si Setan jahat.

2.      Guru menyampaikan pesan dan makna cerita Kehebatan Buddha mengalahkan Mara Si Setan jahat.

3.      Umumkan dengan segera kelompok terbaik.  Hargailah kreativita anak baik  dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.

4.      Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.

5.      Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:

"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,

6.      Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.

 

 

IV.  Alat dan Sumber Bahan

 

Alat:

1.      Gambar Perjuangan Buddha mengalahkan Mara

2.      Pensil warna jika ingin mewarnai gambar

3.      Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong

4.      Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.

 

Sumber Bahan

1.      Riwayat Hidup Buddha Gotama

2.      Sang Buddha dan Ajaran-ajaranNya jilid I

3.      Membina GABI yang kreatif

 

 

V.     Penilaian

 

Teknik        : Tes

Bentuk Instrumen    : Tes Lisan (Mengacu pada tujuan belajar)

 

Contoh Instrumen Tes Lisan       :

  1. Apakah nama setan penggoda pertapa Gotama?
  2. Siapakah Namuci?
  3. Apa saja balatentara Mara?
  4. Dengan kekuatan apa pertapa Gotama mengalahkan Mara?
  5. Apakah nama  Gajah yang menjadi tunggangan Mara?
  6. dll

 

Contoh Tes Unjuk Kerja:

  1. Warnailah gambar yang tersedia!
  2. Sempurnakanlah gambar berikut ini!
  3. Dll.


::BCA::

0 Komentar:

Posting Komentar

dasaparamita © 2008 Modification by: Yanto Susilo. Kirimkan pertanyaan dan informasi anda ke : dasaparamita@yahoo.com