Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Menceritakan Ramalan pertapa Asita dan pemberian nama

Kelas : A (Prasekolah)

Standar Kompetensi : 9. Mengenal masa kanak-kanak awal Pangeran Sidharta

Kompetensi Dasar : 9.3 Menceritakan Ramalan pertapa Asita dan pemberian nama.

Alokasi Waktu : 30 Menit (1 kali pertemuan)






I. Tujuan Belajar

Siswa dapat :
1. Menyebutkan jumlah Brahmana yang dipanggil raja Sudhodana dalam upacara pemberian nama

2. Mengidentifikasi isi ramalan para brahmana tentang bayi Bodhisattva

3. Menyebutkan nama yang diberikan terhadap bayi Bodhisattva

4. Menjelaskan arti Sidharta


II. Uraian Materi

RAMALAN PERTAPA ASITA DAN PEMBERIAN NAMA




Kelahiran putra baginda Raja Suddhodana terdengar di seluruh negeri. Semua rakyat bersuka cita atas kelahiran Sang Pangeran. Peristiwa kelahran putra baginda ini pun terdengar hinga ke para kaum pertapa di hutan. Salah satu pertapa yang mendengar kelahiran putra baginda adalah seorang pertapa bernama Asita. Pertapa Asita disebut juga dengan nama lain yaitu Kaladewala. Pertapa Asita disamping telah mendengar tentang kelahiran putra baginda, ia juga merasakan tanda-tanda yang luar biasa di alam semesta, diantaranya dari jauh terlihat cahaya yang sangat terang yang berasal dari wilayah kerjaan Kapilawastu.

Melihat tanda-tanda tersebut dan mendengar ada seorang Bodhisattva lahir ke dunia, maka pertapa Asita memutuskan untuk pergi ke Kerajaan Kapilavastu untuk menghadap kepada raja Suddhodana dan melihat langsung putra baginda yang tidak lain adalah seorang Bodhisattva.


Sesampai di istana, pertapa Kaladewala lalu menghormat dengan beranjali kemudian berkata kepada bagiunda, "Oh Sri Baginda, berbahagialah tuanku, berbahagialah dunia, bersyukurlah umat manusia. Seorang Bodhisattva kini telah lahir di dunia. Putra tuanku kelak akan menjadi guru bagi para dewa dan manusia. Putra Tuanku kelak akan meninggalkan istana dan menjadi Buddha. Berbahagialah umat manusia yang akan mendapatkan bimbingan Dhamma dari putra Tuanku.


Suasana di pertemuan itu menjadi sangat hening dan tanang. Seluruh mata memandang pertapa Asita. Mereka menjadi heran, karena mereka melihat pertapa Asita tiba-tiba tertawa gembira tetapi kemudia Ia menangis terisak-isak. Melihat kejadian itu, raja bertanya, "Oh pertapa, mengapa kamu tertawa gembira tetapi kemusian menangis tersedu-sedu?" Pertapa Asita kemudian beranjali kepada raja dan berkata, "Oh baginda, aku tertawa gembira karena aku bahagia telah lahir ke dunia seorang bayi yang akan menjadi manusia besar, seorang yang akan menjadi guru para dewa dan manusia, Ia kan menjadi Buddha kelak. Tetapi, Oh Raja, Aku menangis karena usiaku sudah tua, sebentar lagi aku pasti meninggalkan dunia ini. Dengan demikian maka Aku tidak mungkin dapat mendengarkan ajaranNya kelak. Aku tidak dapat berguru dan belajar kepada beliau kelak." Setelah berkata demikian, pertapa Asita kemudian bersujud pada putra baginda, kemudian ia meninggalkan istana Raja Sudhodana.


Setelah putra baginda berumur 7 hari permaisurinya yaitu Dewi Mahamaya jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Karena ia telah melahirkan seorang calon Buddha maka ia lahir di alam Sorga. Raja Sudhodana dan seluruh rakyat kerajaan Kapilawastu bersedih hati atas wafatnya Dewi Mahamaya. Tetapi raja tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan, disamping itu raja ingat bahwa putranya belum juga diberi nama. Atas hal tersebut maka, raja memutuskan untuk mengadakan upacara pemberian nama kepada putranya dengan memanggil delapan orang brahmana yang bijaksana untuk meramalkan dan memberi nama yang cocok kepada putranya.


Delapan orang brahmana yang diundang telah datang ke istana. Para brahmana berdiskusi untuk memberi nama putra baginda tersebut. Kemudian para brahmana sepakat memberi nama putra baginda tersebut dengan nama "Siddharta Gautama" Siddharta artinya tercapailah cita-citanya, sedangkan Gautama adalah nama keluarganya.


Setelah upacara pemberian nama tersebut dilaksanakan, para brahmana mengheningkan cipta dan bermeditasi. Mereka melihat masa depan Pangeran Siddharta kelak jika sudah dewasa. Setelah mereka bermeditsi, tujuh orang brahmana meramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak kalau sudah dewasa akan menjadi seorang Raja Dunia atau jika ia tidak menjadi raja maka ia akan menjadi seorang Buddha. Tetapi seorang brahmana yang bernama Kondana menyatakan dengan pasti bahwa Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Buddha. Jadi ramalan Kondana ini sama seperti ramalan pertapa Asita.


Mendengar ramalan itu, kemudian raja memohon kepada para brahmana bagaimana caranya agar anaknya tidak menjadi Buddha. Raja menginginkan anaknya menjadi seorang raja menggantikan dirinya. Para brahmana menasihatkan agar putra baginda dijaga hati-hati dan diberi kesenangan duniawi, dengan membuatkan istana yang indah, serta jangan sampai melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Sebab jika pangeran melihat empat peristiwa itu, Ia kelak akan pergi meninggalkan istana untuk menjadi pertapa hingga mencapai keuddhaan.


III. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Pendahuluan

1. Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, kreasi tepuk tangan, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.

2. Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:

"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.

3. Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar tentang ramalan masa depan putra baginda raja Sudhodana?

4. Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan Bagaimana Peristiwa kelahiran Pangeran Siddharta?

5. Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.


B. Kegiatan Inti.

1. Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba kelompok terbaik.

2. Bentuklah kreasi duduk yang menarik.

3. Mulailah memasuki topik pembahasan.Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).

4. Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.

5. Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.

6. Ajaklah siswa untuk membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll. (Pilih salah satu).


C. Penutup

1. Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan peristiwa upacara pemberian nama..

2. Guru menyampaikan pesan dan makna tentang pemberian nama.

3. Umumkan dengan segera kelompok terbaik. Hargailah kreativita anak baik dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.

4. Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.

5. Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:

"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,

6. Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.


IV. Alat dan Sumber Bahan

Alat:

1. Gambar peristiwa upacara pemberian nama.

2. Pensil warna jika ingin mewarnai gambar.

3. Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong.

4. Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.


Sumber Bahan

1. Riwayat Hidup Buddha Gotama

2. Membina GABI yang kreatif.


V. Penilaian


Teknik : Tes

Bentuk Instrumen : 1.Tes Unjuk Kerja


Contoh Tes Unjuk Kerja:

Urutkan kalimat-kalimat berikut ini sesuai ururtan perisrtiwa upacara pemberian nama

0 Komentar:

Posting Komentar

dasaparamita © 2008 Modification by: Yanto Susilo. Kirimkan pertanyaan dan informasi anda ke : dasaparamita@yahoo.com