Translate to : English French German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Menceritakan kisah Perayaan Membajak

Kelas :A (Prasekolah)

Standar Kompetensi : 9. Mengenal masa kanak-kanak awal Pangeran Sidharta

Kompetensi Dasar : 9.4. Menceritakan kisah Perayaan Membajak

Alokasi Waktu : 30 Menit (1 kali pertemuan).



I. Tujuan Pembelajaran

    Siswa dapat :
  1. Menjelaskan orang yang mengajak Pangeran Sidharta dalam perayaan membajak
  2. Menjelaskan yang dilakukan raja Sudhodana dalam perayaan membajak
  3. Menjelaskan orang yang ditugskan menajga pangeran Sidharta
  4. Menjelaskan peristiwa yang dilakukan Pangeran Sidharta dalam perayaan membajak
  5. Menejlaskan peristiwa ajaib yang terjadisaat pangeran sidharta meditasi
  6. Menjelaskan reaksi raja Sudhodana atas peristiwa ajaib tesebut

II. Uraian Materi

Fastival Membajak Sawah


Pada masa itu, rakyat India menyadari bahwa kebutuhan hidup mereka berasal dari bumi. Sebab itu, rakyat berpandangan bahwa bercocok tanam menghasilkan bahan pangan adalah pekerjaan yang sangat penting, sangat bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun negara. Oleh karena itu, lahirlah sebuah tradisi atau adat istiadat yang mengharuskan Raja dan para menteri untuk berperan serta dalam upacara Raja Membajak Sawah yang dilakukan di tanah pertanian sat menjelang musim tanam. Hal ini dilakukan sebagai suri tauladan bagi rakyat utuk menunjukkan bahwa bercocok tanam bukanlah pekerjaan hina, melainkan pekerjaan yang sangat mulia.


Di kapilavastu, akhir musim panas adalah awal dimulainya musim bercocok tanam. Raja Sudhodana beserta para menteri berangkat ke luar kota untuk menghadiri upacara Festival Raja Membajak Sawah. Segenap penduduk kota datang melihat Raja membajak sawah, serta menikmati pesta perayaan yang meriah dengan hidangan yang nikmat. Pada hari itu, Raja Suddhodana mengajak serta Pangeran Siddharta.


Raja Sudhodana membuka festifal, dia membajak sawah dengan mengunakan bajak berlapis emas, kemudian diikuti para menteri dengan bajak berlapis perak. Setelah itu, para petani yang berjajar dalam dua baris melanjutkan membajak sawah dengan bajak yang biasa mereka pergunakan. Mereka membajak tanah yang keras agar menjadi gembur dan siap ditanami.


Pada saat makan siang, para pelayan Pangeran Siddharta pergi menikmati perjamuan makan siang dan meninggalkannya seprang diri. Dia berjalan dan duduk bermeditasi di bawah sebatang pohon jambu yang rimbun. Disingkirkannya semua pikiran buruk dan merenung dengan pikiran yang tenang, "Ayahnda Raja, para menteri dan petani sedang merayakan Festival Raja Membajak Sawah. Mereka sedang bergembira menikmati makan siang sast ini."


"Tetapi, para kerbau yang membajak sawah tampaknya sedikitpun tidak berbahagia, mereka bekerja berat menarik bajak untuk menggemburkan tanah yang keras. Mereka bersusah payah dan terengah-engah, tampak jelas sekali kalau mereka tidak berbahagia. Sementara manusia bersuka cita, tetapi para kerbau harus bekerja berat. Apabila hal yang dilakukannya tidak sesuai dengan kehendak majikannya, maka cambuk di tangan sang majikan akan mendarat di tubuhnya dengan tanpa ampun."


Pangeran juga mengamati aktivitas binatang yang lain di sekitarnya. Dia melihat seekor kadal merangkak keluar dari sebuah lubang dan memangsa semut dengan lidahnya. Tetapi tak lama kemudian, seekor ular merayap dan menelan kadal itu. Di saat keterjutannya atas peristiwa itu, tiba-tiba seekor elang menukik dari udara menangkap dan memangsa ular itu.


Pangeran Siddharta merenung lebih dalam dan bertanya pada diri sendiri. "Bila segala sesuatu seperti ini, apakah ini berarti bahwa di balik kehidupan yang indah itu juga tersembunyi sisi yang buruk?" Meskipun saat ini dia berbahagia, tetapi pangeran merasakan adanya satu penderitaan besar yang tak dapat dihindarkan dan membayangi seluruh makhluk hidup. Usia Pangeran waktu itu sangat muda tetapi dengan melakukan perenungan yang sangat dalam ini, dia telah memasuki konsentrasi meditasi tingkat pertama.


Setelah pesta festival berakhir, para pelayan baru teringat kepada Pangeran. Mereka segera mencari dan menemukan pangeran duduk diam bagaikan sebuah patung di bawah pohon jambu. Para pelayan memanggilnya dan memberitahukan bahwa Raja mengajak pulang ke istana. Sepanjang perjalanan pulang Pangeran Siddharta merasa bahwa semua makhluk hidup npatutu dikasihani, karena mereka harus berjuang tiada hentinya melawan penderitaan demi kelangsugan hidup.


III. Langkah-langkah Pembelajaran.

A. Pendahuluan

1. Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, kreasi tepuk tangan, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.

2. Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:

"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.

3. Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar tentang Festifal membajak sawah?

4. Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan Masa Kecil Pangeran Siddharta?

5. Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.


B. Kegiatan Inti.

1. Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba kelompok terbaik.

2. Bentuklah kreasi duduk yang menarik.

3. Mulailah memasuki topik pembahasan.Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).

4. Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.

5. Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.

6. Ajaklah siswa untuk membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll. (Pilih salah satu).


C. Penutup

1. Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan peristiwa upacara pemberian nama..

2. Guru menyampaikan pesan dan makna tentang pemberian nama.

3. Umumkan dengan segera kelompok terbaik. Hargailah kreativita anak baik dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.

4. Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.

5. Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:

"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,

6. Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.


IV. Alat dan Sumber Bahan

Alat:

1. Gambar peristiwa upacara pemberian nama.

2. Pensil warna jika ingin mewarnai gambar.

3. Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong.

4. Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.


Sumber Bahan

1. Riwayat Hidup Buddha Gotama

2. Membina GABI yang kreatif.


V. Penilaian


Teknik : Tes

Bentuk Instrumen : 1.Tes Unjuk Kerja


Contoh Tes Unjuk Kerja:

Urutkan kalimat-kalimat berikut ini sesuai ururtan perisrtiwa Festifal membajak sawah!

0 Komentar:

Posting Komentar

dasaparamita © 2008 Modification by: Yanto Susilo. Kirimkan pertanyaan dan informasi anda ke : dasaparamita@yahoo.com