Kelas : A (Prasekolah)
Standar Kompetensi : 7. Mengenal cerita-cerita Jataka yang bertema kemurahan hati, kejujuran dan kedamaian
Kompetensi Dasar : 7.4. Menceritakan kisah Raja Gajah Yang Baik Hati (Jataka 72)
Alokasi Waktu : 30 Menit (1 kali pertemuan)
I. Tujuan
Siswa dapat:
1. Mendefinisikan ciri-ciri gajah perwujudan Bodhisattva
2. Menyebutkan tempat kehidupan para gajah
3. Menyebutkan jumlah pengikut Gajah Bodhisattva
4. Menyebutkan sebutan Gajah Bodhisattva
5. Menjelaskan sifat murah hati gajah Bodhisattva
6. Menjelaskan sifat tamak Si Lelaki Perambah hutan
II. Uraian Materi
Raja Gajah Yang Baik Hati
(Jataka 72)
Pada suatu waktu Bodhisattva dilahirkan kembali sebagai seekor gajah. Gajah tersebut berwarna putih cemerlang dan bersinar bagaikan perak yang dipoles. Kakinya begitu mengkilat dan seterang vernisan yang terbaik. Mulutnya semerah karpet merah yang berharga, bersinar dalam lima warna: biru, kuning, merah, putih, dan merah tua.
Keindahan yang luar biasa dari gajah yang istimewa hanyalah bentuk luar dari Bodhisattva. Tetapi hal itu hanyalah cerminan biasa saja dari keindahan hati dari Bodhisattva. Karena dalam banyak kelahiran sebelumnya ia telah memenuhi hidupnya dengan sepuluh kesempurnaan yaitu kekuatan, keyakinan, kejujuran, kebaikan, melepaskan rasa kemelekatan, kebijaksanaan, kesabaran, kemurahan hati, dan tentunya cinta kasih.
Ketika ia dewasa, semua gajah lainnya yang berada di hutan datang untuk mengikuti dan melayaninya. Tidak lama kemudian pengikutnya berjumlah depalan puluh ribu ekor gajah.yang membentuk kerajaannya. Kawanan gajah yang berjumlah besar itu mempunyai banyak gangguan. Agar dapat hidup lebih tenang, ia memisahkan diri dari kawanan itu dan hidup sendiri di hutan terpencil. Karena kebaikan dan kesuciannya yang mudah terlihat oleh orang lain, ia dikenal dengan sebutan Raja Gajah yang Baik Hati.
Sementara itu suatu ketika seorang perambah hutan dari Benares berkelana melalui jalan setapak di Himalaya. Ia sedang mencari barang berharga yang dapat dijual di Benares. Setelah beberapa lama ia mencari, ia kehilangan arah dan tersesat. Ia berlari kian kemari mencari jalan pulang. Tak lama kemudian ia pun kecapaian dan ketakutan setengah mati. Tubuhnya mulai gemetar dan ia berteriak penuh ketakutan.
Raja Gajah Yang Baik Hati ini mendengar isakan pengelana yang tersesat dan ketakutan itu. Tmbul rasa iba dan belas kasihnya. Berharap dapat membantunya dengan segala cara, ia berjalan menyusuri hutan tempat pengelana itu berada. Tetapi pengelana ini dikuasai oleh kepanikan yang luar biasa sehingga ketika melihat seekor gajah raksasa yang menghampirinya, ia berusaha melarikan diri. Melihat hal itu, sang Gajah yang bijaksana berhenti dari langkahnya. Pengelana pun berhenti berlari. Kemudian ektika raja Gajah ini mulai melangkah menuju sang pengelana, lelaki ini kembali berlari, dan berhenti bila sang gajah berhenti.
Saat itu laki-laki itu berpikir, "Gajah yang baik hati! Ketika aku berlari, ia berhenti, dan ketika aku berhenti, ia berjalan ke arahku. Tentunya ia tidak bermaksud untuk melukaiku, sebaliknya ia pasti ingin menolongku!" Menyadari hal ini membuatnya berani untuk berhenti dan menunggu.
Sambil berjalan perlahan ke arah pengelana itu, sang gajah bertanya, "Wahai manusia sahabatku, mengapa engkau berkeliaran tanpa tentu arah dan berteriak penuh kepanikan?" "oh tuan gajah", jawab laki-laki itu. "saya kehilangan arah, tersesat penuh keputusasaan dan saya takut bila saya mati karenanya!'
Lalu gajah mengajak sang pengelana ke tempat tinggalnya. Beliau menjamunya dengan buah-buahan terbaik dan kacang-kacangan, membuatnya nyaman dan terhibur. Setelah beberapa hari beliau berkata, "Sahabatku jangan kuatir aku akan membawamu ke perkampungan. Duduklah di punggungku. Kemudian Sang gajah menggendongnya menuju perkampungan.
Sementara duduk dengan nyaman di atas makhluk agung tersebut, ia berpikir, "Bila orang-orang bertanya ke mana saja aku selama ini. Aku harus bisa menjawabnya. "Jadi selagi didukung dengan amannya oleh gajah yang baik hati, ia mengingat semua tanda di sepanjang perjalanan. Setelah keluar dari hutan yang lebar dan mendekati jalan menuju Benares, Raja gajah yang baik hati berpesan, "Sahabatku, susurilah jalanan ini menuju Benares. Ditanya ataupun tidak, tolong jangan katakan kepada siapa pun tempattinggalku." Selesai mengucapkan kata perpisahan, gajah berbudi berbalik dan berjalan menuju tempat tinggalnya yang tersembunyi dan aman.
Lelaki tersebut dapat pulang ke Benares dengan mudah. Lalu suatu hari, sewaktu ia berjalan di pasar, ia memasuki toko yang menjual ukiran gading. Pengrajin di situ mengukir gading menjadi patung, ukiran pemandangan, dan bentuk-bentuk lain yang indah. Perambah hutan ini bertanya kepada pengrajin, "Maukah engkau membeli gading yang berasal dari gajah hidup?"
Pengrajin gading itu berkata, "Pertanyaan macamapa itu! Semua orang tahu bahwa gading yangberasal dari gajah hidup jauh lebih berharga dibandingkan dengan gading yang berasal dari gajah yang sudah mati." Bila demikain aku akan membawakanmu beberapa gading gajah yang hidup," jawab perambah hutan.
Dengan hanya memikirkan uang yang akan diterima, dan tidak memikirkan keselamatan raja gajah, dan tidak mengingat budi baik gajah yang telah menolong nyawanya, lelaki itu memasukkan gergaji tajam ke dalam kantu perbekalannya dan memulai perjalanan menuju kediaman sang Raja gajah.
Setibanya di sana, Raja gajah bertnay, "Oh manusia sahabatku, apakah gerangan yang membawamu kembali lagi?" Dengan membuat-buat sebuah cerita, lelaki yang taman itu menjawab, "Tuanku gajah, aku orang yang miskin, hidup sangat sederhana. Karena keadaan ini sangat sulit bagi saya, saya datang untuk meminta sebagian kecil dari gading anda. Jika anda dapat memberikannya kepada saya, saya akan membawanya pulang dan menjualnya, kemudian saya dapat menghidupi diri saya dan bertahan hidup beberapa saat lagi."
Jatuh iba kepada laki-laki itu, gajah yang baik hati berkata, "Tentu saja sahabatku, saya akan memberimu sepotong besar gading! Apakah kamu kebetulan membawa gergaji?" "Ya, Tuan." kata lelaki itu, "Saya membawa sebuah gergaji." Baiklah, kata raja gajah yang baik dan dermawan,"Potonglah kedua gading milik saya ini." Seraya berlutut dan menyodorkan gadingnya yang amat putih keperakan. Tanpa sedikit pun rasa menyesal, orang tersebut menggergaji sepotong besar dari tiap gadingnya.
Bodhisattva mengambil kedua potong gading tersebut dengan belalainya, Ia berkata, "Sahabatku, akaumemberimu kedua potong gadingku yang indah ini bukan karena aku tidak menyukainya dan ingin menyingkirkannya. Tidak pula karena kedua gading ini tidak berharga bagiku. Tetapi gading dari semua kebijaksanaan yang dapat diselami, yang akan membawa kita menemukan Kebenaran adalah seribu kali lebih indah bahkan seratus kali lebih indah dan berharga."
Dengan memberikan gading indahnya kepada orang tersebut sang Gajah berharap kemurahan hatinya dapat membawa lelaki itu ke arah kebijaksanaan tertinggi. Lelaki itu pulang dengan menjual kedu apotong gading tersebut. Tak lama baginya untuk menghabiskan semua uangnya, sehingga ia kembali lagi kepada Raja Gajah yang baik hati. Ia memohon kepadanya, "Tuan, yang kudapat dengan menjual gadingmu hanyalah cukup untuk membayar hutang-hutangku. Saya tetap orang yang miskin, hidup sangat sederhana. Keadaan masih sangat sulit di Benares, jadi tolong berikan sisa gadingmu, oh tuan yang murah hati!"
Tanpa ragu, raja Gajah memberikan sisa gadingnya. Lelaki itu memotong semua gading yang terlihat, sampai ke tulang tengkorak sang Gajah! Tanpa mengucapkan terima kasih, ia pergi. Gajah yang baik hati tak lebih hanya sebagai sumber uang bagi lelaki itu. Ia membawa pulang gading itu ke Benares, menjualnya dan menghabiskan uang hasil penjualannya itu.
Sekali lagi perambah hutan kembali ke tempat Raja Gajah yang baik hati, dan ia kembali memohon kepadanya, "Oh Raja Gajah yang terhormat sangatlah sulit untuk mencari mata pencaharian di Benares. Kasihanilah saya dan perkenankan aku memiliki sisa dari gadingmu, akar gadingmu."
Kemurahan hati yang sempurna berarti memberikan segalanya. Sehingga, sekali lagi Raja Gajah berlutut dan menyodorkan sisa gadingya. Kemudian ia dengan kasarnya menggali dengan tumitnya, mengelupasi dan merobek daging empuk, sisa gading yang begitu indah. Ia menggunakan gergajinya yang tumpul untuk memotong dan mencabut akar gading tersebut dari tempurung gajah yang berbudi luhur.
Perambah hutan pergi dengan membawa gading yang berlumpuran darah. Ia tidak menunjukkan sama sekali rasa terima kasih atau menyesal karena ia berpikir bahwa tidak ada alasan lagi baginya untuk bertemu kembali dengan sang Gajah. Bumi yang dapat menahan apa saja di dunia ini, pada akhirnya tidak dapat menahan kejahatan luar biasa yang dilakukan oleh perambah hutan tersebut. Sehingga ketika ia tidak lagi terlihat oleh gajah yang sedang menderita, bumi terbelah dan menelannya. Api dari alam neraka yang paling dalam menjulur ke atas, menelannya dalam bara berwarna merah menyala yang membawanya menuju kehancuran!
Hikmahnya: Orang yang tidak jujur, serakah dan tidak tahu berterima kasih berarti menggali kubur bagi dirinya sendiri, menuju ke alam penderitaan yang berkepanjangan.
Kemurahan hati yang sesungguhnya tidak dibatasi oleh kondisi negaif apapun pada orang yang akan menerimanya.
III. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan
1. Periksalah keadaan kelas, apakah sudah tenang, siap mengikuti kegiatan pembelajaran atau belum. Jika keadaan belum memungkinkan maka tariklah perhatian siswa dengan yel-yel, kreasi tepuk tangan, simulasi kunci mulut, menyapa mereka, menyanyi bersama, dll yang bertujuan agar siswa fokus tehadap pelajaran yang akan dimulai. Jangan memulai pelajaran sebelum keadaan memungkinkan.
2. Jika keadaan telah siap, mulailah membuka pelajaran dengan memuji keagungan Buddha dengan mengucapkan "Namo Buddhaya" kemudian ajaklah mereka membaca doa pembuka pelajaran, sbb:
"Terpujilah Tuhan YME, Para Buddha dan semua Bodhisattva Mahasattva. Aku belajar bukan untuk kesombongan dan keserakahan. Tetapi untuk mengikis kebodohanku dan menambah pengetahuanku. Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar. Semoga semua makhluk berbahagia." Sadhu, sadhu, sadhu.
3. Motivasi : Tanyakan kepada siswa apakah pernah mendengar cerita tentang kelahiran Bodhisattva terlahir sebagai Gajah?.
4. Pengetahuan prasarat: Mintalah peserta didik untuk menceritakan bagaimana kehidupan gajah? Dll.
5. Sampaikan tujuan belajar hari ini dengan bahasa yang mudah dimengerti.
B. Kegiatan Inti.
1. Membentuk kelompok dengan kreasi yang kreatif untuk mengadakan lomba kelompok terbaik.
2. Bentuklah kreasi duduk yang menarik.
3. Mulailah memasuki topik pembahasan.Gunakan kreasi bercerita yang menarik misalnya dengan kreasi boom kejutan di awal cerita, cerita ilustrasi singkat, mendramatisasi awal cerita, dll (lihat buku membina GABI yang kreatif).
4. Gunakanlah trik membuat anak-anak tenang selama guru bercerita, misalnya dengan gerakan atau tindakan atau kata singkat penarik perhatian, mendekati anak yang gelisah, melibatkan anak dalam cerita, dll.
5. Lakukan tanya jawab pada tengah cerita, dan akhir cerita seputar topik yang disampaikan.
6. Ajaklah siswa untuk membuat kreativitas baik dengan mewarnai gambar, melengkapi gambar, menggambar, mengadakan permainan, kuis, dll. (Pilih salah satu).
C. Penutup
1. Guru dan siswa/peserta didik menyimpulkan cerita tentang Raja Gajah yang Baik Hati.
2. Guru menyampaikan pesan dan makna cerita Raja Gajah Yang Baik Hati.
3. Umumkan dengan segera kelompok terbaik. Hargailah kreativita anak baik dengan pujian, hadiah, dll. Berikan dorongan bagi mereka yang belum berprestasi agar mereka terus berjuang dan belajar meraih prestasi.
4. Guru menyampaikan pesan-pesan penting untuk kegiatan berikutnya dan hal-hal yang harus diingat dan dikerjakan siswa.
5. Tutuplah pembelajaran dengan doa penutup belajar sbb:
"Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Terimakasih kepada semua orang yang telah membimbingku belajar pada hari ini. Semoga semua kebajikan membuahkan kesehatan, kebruntungan dan kebahagiaan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. Semoga semua makhluk hidup berbahagia" Sadhu, Sadhu, Sadhu,
6. Guru dan siswa menempelkan hasil kreativitas anak di papan mading.
IV. Alat dan Sumber Bahan
Alat:
1. Gambar Gajah.
2. Pensil warna jika ingin mewarnai gambar.
3. Gunting jika ingin merangkai gambar yang telah dipotong-potong.
4. Pensil/spidol jika siswa ingin diajak untuk menyempurnakan gambar, dll.
Sumber Bahan
1. Kumpulan Cerita Buddhis untuk Tua dan Muda.
2. Membina GABI yang kreatif.
V. Penilaian
Teknik : Tes
Bentuk Instrumen : 1. Tes Lisan (Mengacu pada tujuan belajar)
2. Tes Unjuk Kerja
Contoh Instrumen Tes Lisan:
- Bagaimana ciri-ciri gajah perwujudan Bodhisattva pada cerita tersebut?
- Dimanakah tempat kehidupan para gajah?
- Berapa jumlah pengikut Gajah Bodhisattva?
- Apa sebutan Gajah Bodhisattva?
- Siapakah yang memiliki sifat murah hati?
- Mengapa Si Lelaki Perambah hutan dikatakan tamak?
- Dll
Contoh Tes Unjuk Kerja:
- Warnailah gambar gajah yang tersedia!
- Sempurnakanlah gambar gajah berikut ini!
- Dll
::BCA::
2 Komentar:
Terlalu panjang dan bikin tangan aku berdarah!!!
Terlalu panjang sampai buat tanggan ku sakit!!!!
Posting Komentar